Sunday, October 28, 2012

      Assalamu'alaikum ^^ Ini adalah entri pertama saya. Awalnya saya bingung mau nge post apa. Jadi nge postnya tentang salah satu budaya Indonesia aja ya?

 

Film Dokumentasi Budaya : Mengawal Tradisi "Muludan" Keraton Cirebon

ndonesiaSeni.com, Cirebon – Mauludan tahun ini di Keraton Kasepuhan Cirebon terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Upacara Mauludan yang digelar pada 16 Februari tersebut disertai pembuatan film dokumenter berdurasi 30 menit yang disutradarai Ray Bachtiar Dradjat. Dengan latar belakang desain grafis ITB, ia dikenal sebagai seniman foto multimedia yang mahir berfotomontase selama 23 tahun kiprahnya di dunia fotografi.  Selain menjabat sebagai presiden KLJI (Kamera Lubang Jarum Indonesia), ia pun sering menyutradarai video klip hingga film-film dokumenter budaya Indonesia.  

Film yang kini digarapnya berkisah tradisi masyarakat pesisir dan keraton-Keraton Cirebon dalam mempersiapkan upacara Mauludan/Panjang Jimat atau upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri ribuan orang dari berbagai penjuru kota di Indonesia. Film dengan garapan apik dan detail yang (mungkin) belum terdeteksi oleh radar konsumer selama ini. Kualitas pengambilan gambar serta alur cerita yang natural dan spontanitas tanpa dibuat-buat asli merupakan apa yang nampak oleh mata telanjang ketika menyaksikan langsung prosesi mauludan/pelal/panjang jimat. Film ini selain menggugah juga inspiratif, memang patut mencari rasa baru. Penggemar film umum ataupun independen bisa mengacungkan sedikitnya satu jempol.

Dalam film ini unsur budaya dibawakan dengan nuansa realisme, magis, dan klasik, termasuk pembawaan rasa budaya dan keindahan Indonesia. Pasukan yang  membawa payung keropak, tunggul manik dan damar kurung bersiap di depan gapura wadasan keraton, bersiap menyambut keluarnya panjang jimat. Ratusan bahkan ribuan orang berkerumun di Taman Bunderan Dewandaru terpesona arak-arakan pembawa Nasi Jimat tujuh rupa dengan pengawalan ketib agung dan kaum mesjid berjubah dan bersorban putih membalut kepala yang bentuknya tidak melengkung seperti jam pasir yang diapit ketat pasukan Sentana Wargi pembawa lilin yang bermakna kelahiran Nabi Muhammad SAW lahir pada malam hari. Sebelum selesai prosesi panjang jimat dan berhentinya asrakalan pembacaan kitab barjanji dan shalawatan di Langgar Agung, kerumunan masyarakat yang berjejal di pagar kayu dan pintu masuk Langgar Agung bersiap memperebutkan sedikit “jimat”.

Kelemahan film ini – kalaupun penilaian itu harus dihadirkan di sini, demi azas obyektivitas – adalah pada dukungan Pemkot dan pihak Keraton-keraton di Cirebon yang teramat miskin untuk bekerjasama membuat upacara Mauludan 4 Keraton Cirebon lebih akbar dan dahsyat. Walaupun tentu beban upacara yang dahsyat itu, akan sulit tervisualisasi menawan, baik secara asosiatif maupun imajinatif. Namun, inilah jalan masuk wisata budaya.

Copy from : IndonesiaSeni.com  


No comments:

Post a Comment